Rehat Sejenak
Berawal dari mengutak atik computer kesayanganku dipagi hari ini, terlintas dipikiran untuk tidak kuliah mata kuliah pagi. Memang sih tubuh ini terasa tidak fit mungkin sebagai efek pulang malam kemarin, angin malam yang lembap menerpaku langsung tanpa dibatasi dengan jaket LDF yang biasanya tak pernah absent menemaniku berkendara, tapi malam itu jaket tersebut memang dalam kondisi tidak ok untuk dipakai karena sehari sebelumnya ia menjadi penangkis serangan hujan dan aku belum sempat mengeringkannya dengan sempurna. Selain itu pikiranku sedang tidak enak, semalam aku mendapat sms dari sekretarisku bahwa beliau mau istirahat sebulan dari aktifitas keorganisasian dengan alasan kesehatan, tugas yang banyak dan keluarga yang sudah mulai marah dengan padatnya aktifitas beliau, apalagi kemaren ia sempat pingsan, entah kenapa mungkin terlalu capek atau tidak teratur makan. Tapi ya sudah aku memikirkan dulu solusinya. Sembari itu aku paksakan untuk menyelesaikan pembuatan slide presentasi untuk tugas kuliah siang nanti, alhamdulillah selesai juga dengan setingngan yang sangat sederhana.
Awalnya sih aku ingin membuat nya punya nilai tersurat dan tersirat. Maksudnya secara tersurat adalah materi yang akan dipresentasikan oleh kelompokku, sedangkan yang tersirat rencananya mau menggiring dan menggugah perasaan teman-teman selokal dan bahkan dosen terkait kondisi umat islam terkini, terutama tentang nasib saudara kita di Palestina. Tapi aku tak menemukan background yang pas, dan waktu pun sudah mendesak, jadi nilai tersurat itu aku tampilkan di slide penutup berupa sebuah foto yang diambil oleh saudara selingkaran ngapel ku (istilah kami-kami untuk teman-teman sehalaqoh) saat aksi munasyarah Palestina bersama pks di Padang beberapa bulan silam saat Gaza diporakporandakan oleh kebiadaban Israel laknatullah.
Awalnya sih aku ingin membuat nya punya nilai tersurat dan tersirat. Maksudnya secara tersurat adalah materi yang akan dipresentasikan oleh kelompokku, sedangkan yang tersirat rencananya mau menggiring dan menggugah perasaan teman-teman selokal dan bahkan dosen terkait kondisi umat islam terkini, terutama tentang nasib saudara kita di Palestina. Tapi aku tak menemukan background yang pas, dan waktu pun sudah mendesak, jadi nilai tersurat itu aku tampilkan di slide penutup berupa sebuah foto yang diambil oleh saudara selingkaran ngapel ku (istilah kami-kami untuk teman-teman sehalaqoh) saat aksi munasyarah Palestina bersama pks di Padang beberapa bulan silam saat Gaza diporakporandakan oleh kebiadaban Israel laknatullah.
Waktu Dhuha beranjak pergi, aku masih berkutat di depan layar computer. Dan entah kenapa dengan alasan totalitas barangkali, aku menguatkan diri untuk tidak kuliah seharian ini, bahkan berniat untuk tidak kemana-mana. Aku mengistilahkannya dengan rehat sejenak. Ku ambil handphoneku dan mulai lah kumenyampaikan maksud dan tujuanku itu. Pertama ke teman di organisasi, lalu teman selokal dan kemudian hp kunon aktifkan. Aku memang mulai kembali merasakan kejenuhan dalam berorganisasi.
Sempat terpikir, buat apa sih sebenarnya aku membuang-buang energi untuk mengurusi semua ini. Dari awal pencalonanku memang aku tak begitu berniat sebenarnya, tapi karena ini dengan konsep di amanahkan dan sebagai kader yang baik aku tak kuasa menolak kepercayaan itu, apalagi setelah pemilu di jurusan aku memperoleh suara terbanyak. Bahkan dengan beda suara sekitar 70 an dosen pembimbing menyelamatiku sebagai istilah menang telak. Jika sudah diamanahkan seperti itu maka aku dengan niat yang kuat dan azzam yang membara menyatakan siap untuk menjalani amanah tersebut. Lalu rutinitas itupun datang. Banyak hal ternyata harus dipikirkan dan dikerjakan oleh seorang pimpinan, atau hanya karena kepribadianku saja barang kali yang memang suka memikirkan banyak hal walau terkadang itu tidak begitu penting untuk dipikirkan.
Orang-orang yang berada di luar system terkadang hanya menilai dari luar dan memang kalau untuk berucap dan berkomentar itu sangatlah mudah. Apalagi oleh kawan-kawan yang tidak sevisi denganku, mereka mudah saja memprotes ini dan itu terkait kinerja organisasi. Atau meminta hal-hal untuk dilakukan, kenapa tidak begini-atau kenapa tidak begitu, atau harusnya kan begini, atau dulu seperti ini… bla…bla…bla dan seterusnya. Internal pengurusku pun juga bergejolak. Protes ini dan itu. Mempermasalahkan tentang hal-hal sepele sebenarnya.
Dan yang membuatku kewalahan adalah semua itu tertumpu pada pimpinan, urusan birokrat sampai urusan batrai jam yang tidak hidup, printer yang rusak, sapu yang hilang, sound system tidak ada saat mau digunakan, computer yang bermasalah. Bantalan stempel yang tidak ditemukan. Huh…. Memang sih kalo tidak ke pimpinan kemana lagi mereka kan bertanya, ya kan???? Tapi apakah tak ada inisiatif gitu untuk mengambill tindakan konkret terkait hal-hal itu..... tapi ya sudah untuk yang itu aku sudah punya solusi, yaknii lakukan apa yang bisa dilakukan, bagi tugas, dan tak usah terlalu dihiraukan protes-protes tersebut, karena sebenarnya jika urusan keorganisasian ini diserahkan sepenuhnya pada merekapun mereka belum tentu akan bisa lebih baik dari apa yang kami lakukan sekarang. Dan komentator memang terkesan lebih hebat dari pemain di lapangan.
Sempat terpikir, buat apa sih sebenarnya aku membuang-buang energi untuk mengurusi semua ini. Dari awal pencalonanku memang aku tak begitu berniat sebenarnya, tapi karena ini dengan konsep di amanahkan dan sebagai kader yang baik aku tak kuasa menolak kepercayaan itu, apalagi setelah pemilu di jurusan aku memperoleh suara terbanyak. Bahkan dengan beda suara sekitar 70 an dosen pembimbing menyelamatiku sebagai istilah menang telak. Jika sudah diamanahkan seperti itu maka aku dengan niat yang kuat dan azzam yang membara menyatakan siap untuk menjalani amanah tersebut. Lalu rutinitas itupun datang. Banyak hal ternyata harus dipikirkan dan dikerjakan oleh seorang pimpinan, atau hanya karena kepribadianku saja barang kali yang memang suka memikirkan banyak hal walau terkadang itu tidak begitu penting untuk dipikirkan.
Orang-orang yang berada di luar system terkadang hanya menilai dari luar dan memang kalau untuk berucap dan berkomentar itu sangatlah mudah. Apalagi oleh kawan-kawan yang tidak sevisi denganku, mereka mudah saja memprotes ini dan itu terkait kinerja organisasi. Atau meminta hal-hal untuk dilakukan, kenapa tidak begini-atau kenapa tidak begitu, atau harusnya kan begini, atau dulu seperti ini… bla…bla…bla dan seterusnya. Internal pengurusku pun juga bergejolak. Protes ini dan itu. Mempermasalahkan tentang hal-hal sepele sebenarnya.
Dan yang membuatku kewalahan adalah semua itu tertumpu pada pimpinan, urusan birokrat sampai urusan batrai jam yang tidak hidup, printer yang rusak, sapu yang hilang, sound system tidak ada saat mau digunakan, computer yang bermasalah. Bantalan stempel yang tidak ditemukan. Huh…. Memang sih kalo tidak ke pimpinan kemana lagi mereka kan bertanya, ya kan???? Tapi apakah tak ada inisiatif gitu untuk mengambill tindakan konkret terkait hal-hal itu..... tapi ya sudah untuk yang itu aku sudah punya solusi, yaknii lakukan apa yang bisa dilakukan, bagi tugas, dan tak usah terlalu dihiraukan protes-protes tersebut, karena sebenarnya jika urusan keorganisasian ini diserahkan sepenuhnya pada merekapun mereka belum tentu akan bisa lebih baik dari apa yang kami lakukan sekarang. Dan komentator memang terkesan lebih hebat dari pemain di lapangan.
Untuk kondisi hari ini, memang aku sedang kehilangan semangat. Aku malas saja bertemu dengan mereka semua. Apalagi nanti sore ada silaturrahim dengan mahasiswa baru, aku tak ingin kejadian minggu lalu terulang. Memang di kampus kami, terutama di jurusan ku terjadi perbedaan sikap terkait pola pembinaan terhadap mahasiswa baru. Aku mengambil kebijakan untuk membina dengan penuh ukhuwah tanpa tekanan. Sedangkan kawan-kawan lainnya ingin melestarikan budaya kolot dan primitif yakni perploncoan walau kata mereka sih tidak ospek, Cuma tegas dan mendisiplinkan. Aku muak dengan sikap mereka itu. Apalagi sampai sekarang masih ada dedengkot mereka yang sudah gaek-gaek ikut juga hadir di acara kumpul-kumpul itu. Apa mereka gak ada kerjaan lain kali ya, mikirin skripsi dan wisuda atau tentang pekerjaan setelah tamat kuliah nanti barangkali....hmmm bener-bener gak ngerti aku.
Sikap semi ospek itulah yang terjadi minggu lalu. Salah satu departemenku minta kepada dph pendamping departemennya untuk mengumpulkan mahasiswa baru dengan tujuan untuk membagi team minat bakat serta menentukan hari latihan untuk masing-masing team. Dph pendamping departemen tersebut memberi izin tanpa terlebih dahulu berkonsultasi denganku. Itu sah-sah saja sebab memang aku memberi kepercayaan pada teman-temanku di dph untuk mengambil kebijakan asal telah dipikirkan dengan matang dan tidak bertentangan dengan arah gerak perjuangan organisasi yang telah disepakati bersama. Dan aku sudah sampaikan kekhwatiran akan tidak terkendalinya suasana kumpul-kumpul tersebut, tapi beliau bilang tidak apa-apa, Cuma bagi-bagi tim dan menentukamn jadwal latihan katanya. Ya sudah. Dan ternyata saat kumpul tersebut memang yang aku khawatirkan itu yang terjadi walau tidak begitu keras. Aku sendirian tidak bisa berbuat banyak. Mereka hadir dari yang paling kecil sampai yang paling uzur untuk kesuksesan rencana mereka. Untunglah tidak begitu parah, dan saat mau selesai baru pendamping departemen tersebut hadir, emang beliau ada rapat lain yang juga penting untuk beliau hadiri. Dia gak nyangka katanya.. yeahh ini sebagai pembelajaran buat kami. Aku pun memang tidak menyiapkan sdm untuk kumpul sore ini, karena pemberitahuan yang mendadak serta ada agenda lain yang mesti dihadiri oleh kawan-kawan seperjuanganku...
ini juga nemu barusan setelah ngatuk ngutik arsip lama... takut hilang, makanya di post disini.. sekitar tahun 2009 an lah ditulisnya.. tepatnya kapan juga udah lupa tuh
ReplyDelete